Jumat, 11 Maret 2016

Makalah Revisi "Teori-Teori Kepribadian dan Psikologi Klinis



MAKALAH
TEORI-TEORI KEPRIBADIAN DAN PSIKOLOGI KLINIS
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PSIKOLOGI KLINIS
Dosen Pengampu :
Arman Marwing, S.pd Ma

Disusun Oleh:
1.   Amidana Hikmah            : (2833133005)
2.   Fatmawati Ramadhani     : (2833133019)
3.   Ilham Prihatmaja             : (2833133021)
4.   Ibrahim Hasan                  : (2833133022)

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
Jurusan Tasawuf Psikoterapi 5-A
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
TAHUN 2015


KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT karena berkat kelimpahan rahmat serta inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori-Teori Kepribadian dan Psikollogi Klinis” ini dengan lancar. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman Jahiliyah menuju zaman Islamiyah.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih, kepada:
1.     Dr. Mafthukin, M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)  Tulungagung yang telah memberikan kesempatan untuk kami menimba ilmu di IAIN Tulungagung ini.
2.     Arman Marwing, S.pd Ma selaku Dosen Pembimbing matakuliah ESQ  Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung yang telah memberikan pengarahan sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
3.     Semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan kepada penulis pada khususnya dan kepada pembaca pada umumnya.

Tulungagung, 04   Oktober 2015

Penulis



DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR .....................................................................................  ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I      PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang..................................................................................... 1      
B.      Rumusan Masalah................................................................................ 1      
C.      Tujuan                                                                                                   1

BAB II     PEMBAHASAN
A.    Pengertian, Tujuan Teori-Teori Kepribadian dan Psikologi Klinis.... 1       
B.    Konsep Teori-Teori Kepribadian dan Psikologi Klinis...................... 4
C.    Penerapan Teori-Teori Kepribadian dalam Penanganan Klinis.......... 12     

BAB III    PENUTUP
A.      Kesimpulan.......................................................................................... 14
B.      Saran  .................................................................................................. 15
DATAR PUSTAKA......................................................................................... iv



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikologi Klinis merupakan bagian dari keilmuan dalam Ilmu Psikologi yang menekankan pada diagnosis, gangguan, dan penyembuhan dalam permasalahan-permasalahan Psikologis, seperti perilaku Abnormal, gangguan kejiwaan, perilaku patologis, dan yang lainnya. Gangguan jiwa yang terjadi pada diri seseorang dapat disembuhkan melalui beberapa pendekatan. Pendekatan itu menggunakan beberapa cara dari tokoh-tokoh psikologi dengan konsep dan metode yang sudah diterapkannya. Misalnya pendekatan Psikoanalisa, Behavior, Humanis, dan yang lainnya.
Teori-teori kepribadian sangat membantu kinerja psikolog klinis. Psikolog dapat mengetahui bagaimana gangguan itu terjadi, makna dari gangguan itu sendiri dan mencarikan jalan untuk menyembuhkan gangguan tersebut. Pada diri seseorang yang mengalami gangguan jiwa dapat diketahui aspek-aspek kepribadian mana yang masih stabil melalui teori-teori kepribadian.
B. Rumusan Masalah
1.     Jelaskan pengertian normal dan abnormal dalam psikologi klinis!
2.     Bagaimana teori kepribadian sehat menurut teori-teori kepribadian dan psikologi klinis?
3.     Bagaimana konsep analisis gangguan jiwa dari teori-teori kepribadian dan psikologi klinis!
C. Tujuan
1.     Untuk mengetahui pengertian normal dan abnormal dalam psikologi klinis
2.     Untuk mengetahui pembahasan teori kepribadian sehat menurut teori-teori kepribadian dan psikologi klinis.
3.     Untuk mengetahui konsep analisis gangguan jiwa dari teori-teori kepribadian dan psikologi klinis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Normal dan Abnormal dalam Psikologi Klinis
Psikologi klinis menggunakan beberapa istilah dalam penyebutan gangguan jiwa, misalnya psikologi abnormal, perilaku maladaptif, gangguan mental, gangguan emosional, psikopatologi, disfungsi psikologis, sakit mental, gangguan perilaku, dan gila. Dari semua penyebutan nama itu, pada hakikatnya adalah untuk membedakan antara normal dan abnormal dalam psikologi klinis. Akan tetapi, psikologi klinis lebih sering memakai gangguan jiwa sebagai penyebutan abnormal.
Gangguan jiwa tidak jauh berbeda dengan penyakit fisik lainnya, hanya saja gangguan jiwa dapat dikategorikan tingkat keparahannya. Gangguan jiwa memiliki tiga pengertian, yaitu:
1.   Menyimpang dari standar kultural dalam masyarakat.
Abnormal sebagai justifikasi yang diterapkan pada perilaku yang tidak sesuai atau menyimpang dari harapan-harapan sosial. Tidak ada yang dinamakan abnormal jika masyarakat menerimanya. Dapat diartikan bahwa sebenarnya tidak ada masyarakat yang sakit, karena ukuran sehat ada pada masyarakat.
2.   Ketidakmampuan menyesuaikan diri
Abnormal adalah perilaku yang maladaptif ketika individu berada dalam kondisi atau situasi yang menuntutnya melakukan tindakan menyesuaikan diri dengan baik. Mal= tidak, rusak; adaptation= sesuai, kesesuaian. Dalam hal ini, apa yang disebut dengan situasi adalah situasi yang pada umumnya orang tidak sukar untuk menyesuaikan diri, tetapi bagi penderia ternyata sulit.
3.   Menyimpang secara statistik, violasi atau norma social
Kriteria kecerdasan dapat menentukan normal atau abnormalnya seseorang. Taraf kecerdasan antara 90 sampai 110 adalah kecerdasan orang pada umumnya. Kurang dari 90 termasuk rendah dan diatas 110 termasuk memiliki kecerdasan tinggi. Orang yang taraf kecerdasannya antara 90 sampai 110 adalah orang yang kecerdasannya tergolong normal. Di bawah 90 adalah abnormal atau subnormal. Di atas 110 juga dinamakan abnormal namun bukan sub melainkan diatas normal atau above average selanjutnya superior.[1]
B.  Kepribadian Sehat Menurut Teori-Teori Kepribadian dan Psikologi   Klinis
Seseorang yang normal memiliki kepribadian yang sehat. Kepribadian yang sehat dapat dilihat dari konsep manusia secara keseluruhan. Beberapa konsep manusia yang dilihat dari kepribadiannya terpaparkan oleh teori-teori kepribadian, yaitu psikoanalisa, behavior, dan humanism.
     Manurut Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) “kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya”.
     Sedangkan sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya. Jadi kepribadian sehat adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternal.
     Dalam psikologi kepribadian dikenal berbagai macam mahzab serta teori-teori tentang kepribadian. Namun ada tiga teori tentang keribadian sehat yaitu Psikoanalisa, Behavioristik, dan Humanistik.
1)               Kepribadian Sehat Psikoanalisa
Dari anggapan Freud bahwa kesadaran hanyalah sebagian kecil dari pada seluruh kehidupan psikis. Freud memisahkan psyche itu sebagai gunung es ditengah lautan, yang ada diatas permukaan laut itu menggambarkan kesadaran, sedangkan yang dibawah permukaan air laut menggambarkan ketidak sadaran. Didalam kesadaran-kesadaran terdapat ketakutan-ketakutan dasar yang mendorong pribadi.
Teori Psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis yaitu Id, Ego dan Super Ego dengan Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, Ego merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan dan Super Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
Freud juga membagi aktivitas mental individu dalam beberapa tingkatan berdasarkan sejauhmana individu menyadari gejala-gejala psikis yang timbul, yaitu :
a)   Tingkat sadar atau kesadaran (conscious level). Pada tingkat ini aktivitas mental dapat disadari setiap saat seperti berpikir, persepsi, dan lain-lain.
b)   Tingkat prasadar (preconscious level). Pada tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala psikis yang timbul bias disadari hanya apabila individu memperhatikannya, misalnya memori, pengetahuan-pengetahuan yang telah dipelajari, dan lain-lain.
c)   Tingkat tidak disadari (unconscious level). Pada tingkat ini aktivitas mental dan gejala-gejala psikis tidak disadari oleh individu. Gejala-gejala ini muncul misalnya dalam dorongan-dorongan immoral, pengalaman-pengalaman yang memalukan, harapan-harapan yang irasional, dorongan-dorongan seksual yang tidak sesuai dengan norma masyarakat, dan lain-lain.
Kepribadian yang baik menurut psikoanalisis adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah. Belajar mengatasi tekanan dan kecemasan, serta keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego.
2). Kepribadian Sehat Behavioristik
Behaviorisme merupakan sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh J.B. Watson. Sama halnya dengan psikoanalisis, behaviorisme juga merupakan aliran yang revolusioner, kuat dan berpengaruh serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Selain Watson ada beberapa orang yang dipandang sebagai tokoh behaviorsime, diantaranya adalah Ivan Pavlov, E.L. Thorndika, B.F. Skinner, dll. Namun demikian bila orang berbicara kepribadian atas dasar orientasi behevioristik maka nama yang senantiasa disebut adalah Skinner mengingat dia adalah tokoh behaviorisme yang paling produktif dalam mengemukakan gagasan dan penelitian, paling berpengaruh, serta paling berani dan tegas dalam menjawab tantangan dan kritik-kritik atas behaviorisme
Teori behavioristik adalah proses belajar serta peranan lingkungan yang merupakan kondisi langsung belajar dalam menjelaskan perilaku dan semua bentuk tingkah laku manusia. Pavlov, Skinner, dan Watson dalam berbagai eksperimen mencoba menunjukkan betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku. Semua tingkah laku termasuk tingkah laku yang tidak dikehendaki, menurut mereka, diperoleh melalui belajar dari lingkungan.
Namun perlu di sadari bahwa kelemahan dari Behavioristik adalah dalam teori clasical conditioning, manusia disamakan dengan “hewan” dan dalan operan conditioning manusia dianggap sebagai “robot” yang dapat dikondisikan sehingga manusia dapat di program. Dalam teori-teori ini manusia dianggap sebagai satu kesatuan yang sama. Pada kenyataannya manusia adalah mahluk yang unik (Teori Humanistik). Maka untuk mengetahui keseluruhan tentang kepribadian sehat kita tetap perlu mengetahui tentang teori Humanistik.
3).  Kepribadian Sehat Humanistik
Humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan  besar psikologi dalam tahun 1950-an. Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.[2]
C.    Analisis Gangguan Jiwa Teori-Teori Kepribadian dan Psikologi Klinis
Pada kasus gangguan jiwa, analisis terhadap gangguan tersebut menurut antar teori kepribadian memiliki perbedaan. Beberapa analisisnya yaitu:
1) Pendekatan Psikoanalisa
Pada kasus gangguan jiwa, interview yang dilakukan pada pendekatan psikoanalisa bertujuan untuk mengungkap hal-hal yang tersembunyi dan tak sadar, yaitu pengalaman-pengalaman masa lalu yang traumatic atau yang menimbulkan fiksasi. Hal itu dapat dilakukan dengan menggali pengalaman-pengalaman apa yang pernah terjadi dan memungkinkan dia mengalami konflik taksadar dan menyebabkan ia berperilaku demikian.
Pendekatan psikoanalisis, suatu symptom adalah manifestasi dari suatu defense yang berkembang dalam individu yang bersangkutan. Pada kasus gangguan jiwa, dia mengalami perilaku sering menyendiri dan acuh, defense yang dilakukannya yaitu menghindar. Dengan latar belakang pemikiran psikodinamik, psikolog akan menggunakan tes proyeksi yang mengungkap konflik intrapsikis yang terjadi pada penderita gangguan jiwa dan  hal-hal apa yang direpresi.
2) Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar, memahami bahwa gangguan jiwa merupakan respons yang tidak cocok (inappropriate) yang terbentuk melalui belajar dan dapat bertahan dan dapat bertahan karena adanya penguat yang mempertahakannnya. Dalam interview, tidak perlu digali peristiwa-peristiwa dimasa lampau dan konflik-konflik yang tidak disadari seperti halnya pendekatan dalam psikoanalisis.
Pendekatan belajar mementingkan memahami dan menyembuhkan suatu symptom adalah keadaan masa kini yang langsung mencetuskan symptom tersebut. Suatu symptom hanya diperhatikan kuantitasnya, apakah berlebihan (exess) atau kekurangan (deficit).
Oreientasi belajar dalam pendekatan dan penyembuhan gangguan jiwa didasarkan atas teori-teori belajar, antara lain prinsip-prinsip kondisioning klasik, kondisioning operan, dan belajar social. Untuk pendekatan belajar dapat digunakan skema (dalam Kanfer & Philips , dalam Suwondo, 1980).
S-O-R-K-C
 
                                         Ket:
                                         S          = stimulus
                                         O         = organisme
                                         R         = respon
                                         C         = consequence, akibat
                                         C         = contingency, kedekatan
Terapi yang digunakan diantaranya yaitu behavior therapy, dengan tehnik conditioning. Gangguan jiwa denagn pendekatan belajar dilakukan dengan penggambaran yang lebih konkret perilaku apa saja yang dimunculkan, berapa kali respon-respon yang taksesuai dengan harapan tersebut muncul, apakah perilaku itu terjadi dalam suatu konteks tertentu , apakah ia menerima semacam imbalan.
3) Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistic melakukan beberapa terapi dalam beberapa kasusnya dengan client centered atau person center therapy. Beberapa tokohnya yaitu maslow yang menggunakan konsep aktualisasi diri pada diri setiap orang, Rogers yang menggunakan konsep empati pada proses konseling. Pada kasus gangguan jiwa, dalam analisis humanistic menyatakan bahwa penyesuaian diri begitu kurang pada penderita diinterpretasi sebagai kemungkinan manifestasi dari kebutuhannya untuk penghargaan diri keluarga yang barangkali kurang terpenuhi (Maslow), atau keadaan incongruency kepribadian Rogers karena lingkungan rumah atau lingkungan sosialnya kurang menerima keberadaan diri penderita.
Kurangnya kesempatan bagi penderita untuk mengaktualisasikan diri juga merupakan salah satu kemungkinan penyebab perilaku gangguan jiwa
4) Pendekatan Sosiokultural
Pendekatan sosiokultural beranggapan bahwa gangguan jiwa muncul bukan dari dalam diri penderita, akan tetapi karena kondisi lingkungan , khususnya lingkungan social dan kultural. Kemungkinan besar resiko labelling diterima oleh penderita sebelum mengalami gangguan, karena penderita tidak dapat menyesuaikan diri denagn kondisi lingkungan. Tuntutan dari lingkungan sangat berdampak kurang baik pada kondisi psikologis penderita. Dalam keadaan extream, seseorang dapat dikatakan “gila”. Gruenberg (dalam Millon, 1973) yang memberi nama “Social Breakdown Syndrome” sebagai istilah yang sesuai dengan gangguan jiwa, karena sebetulnya yang menganggap seseorang terganggu adalah lingkungan sosialnya.
Kurt Haas (1979) pada pendekatan sosiokultural menjelaskan bahwa penyebab perilaku abnormal antara lain perubahan sosial, kemiskinan, deskriminasi, pengangguran, yang merupakan hal-hal yang sulit diatasi. Penyakit jiwa adalah manifestasi personal dari suatu penyakit dan stress dalam masyarakat. penanganannya adalah tindakan-tindakan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang bertujuan menciptakan masyarakat yang lebih andil dan lebih sehat.
Pendekatan komunitas yang merupakan salah satu bidang spesialisasi psikologi klinis, sedikit banyak akan memperhatikan penyebab tingkah laku abnormal  sebagaimana dikemukakan dalam pendekatan sosiokultural, karena itu upaya yang diutamakan adalah upaya preventif (mencegah terjadinya gangguan jiwa) dan promotif (memajukan kesehatan jiwa), serta pemberdayaan masyarakat setempat dalam komunita itu sendiri.
Interview dan observasi dalam pendekataan ini diarahkan terutama keluar diri individu yang bermasalah, misalnya dibahas lebih detail lingkungan tempat tinggal, norma masyarakat yang tinggal disekitar individu, keadaan ekonomi dan sosial keluarga, berikut dengan tekanan-tekanan yang dialaminya, pekerjaan orang tua, penggunaan waktuluan pada subjek yang bermasalah.
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori-teori kepribadian sangat membantu kinerja psikolog klinis. Psikolog dapat mengetahui bagaimana gangguan itu terjadi, makna dari gangguan itu sendiri dan mencarikan jalan untuk menyembuhkan gangguan tersebut. Pada diri seseorang yang mengalami gangguan jiwa dapat diketahui aspek-aspek kepribadian mana yang masih stabil melalui teori-teori kepribadian.
Terdapat pendekatan psikoterapi yang mengacu pada teori-teori kepribadian dan psikologi klinis, yaitu psipsikoanalisa, behavioristic, dan psikoterapi sosio kultural.
B. Saran
Seorang terapis harus memahami teori-teori kepribadian sebelum melakukan penanganan klinis. Karena, terapis nantinya juga harus memilih teori mana yang tepat untuk permasalahan yang sedang dialami klien. Semoga bagi pembaca dapat memberikan masukan untuk kesempurnaan dari makalah ini. Khususnya mahasiswa tasawuf psikoterapi agar mampu mengaplikasikan teori-teori kepribadian dan psikologi klinis dalam terapi. Makalah ini sebagian kecil pengetahuan yang dapat dijadikan tambahan pengetahuan untuk lebih memahami tentang teori-teori kepribadian dan psikologi klinis sebagai keilmuan terapan yang dapat dimanfaatkan.





[1] http://dika-anandya-fpsi13.web.unair.ac.id/artikel_detail-107661-DIKA%20ANANDYA%20AZHARI-Normal%20dan%20Abnormal%20Psikologi%20Klinis.html

DAFTAR PUSTAKA


M.Pomerantz, Andrew, 2013. Psikologi Klinis Ilmu Pengetahuan Praktik dan Budaya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
 Lailatul Fitriyah, Mohammad Jauhar2014 Pengantar Psikologi Klinis: Jakarta: Prestasi Pustaka
Andrew M. Pomerantz, 2013 Psikologi Klinis Ilmu Pengetahuan Praktik dan Budaya Yogyakarta: Pustaka Pelajar
https://ririnyp.wordpress.com/2013/03/14/psikoterapi-terapi-psikoanalisa/